Technology

Pemandangan Unik: Skateboard Listrik di Antara Klakson

Fajar Shid - Friday, 03 October 2025 | 10:00 AM

Background
Pemandangan Unik: Skateboard Listrik di Antara Klakson

Ngapel - Pagi itu, jalanan depan kosan saya seperti biasa riuh rendah dengan suara klakson dan deru knalpot motor yang lagi berebut jalan. Tapi ada satu pemandangan yang sedikit berbeda, bahkan bikin saya mengerutkan dahi. Seorang cowok, mungkin seumuran saya, meluncur santai di atas papan seluncur. Bukan, bukan skateboard biasa yang kakinya harus gesrot-gesrot aspal. Ini papan itu melaju sendiri, tanpa dorongan sama sekali, cuma dikendalikan dari remote mungil di tangannya. Matanya fokus ke depan, tapi senyumnya kayak bilang, "Dunia milik saya, yang lain ngontrak!"

Seketika itu juga, pikiran saya melayang. Ini benda apa, sih? Apakah ini cuma gaya-gayaan sesaat, mirip mainan RC raksasa yang habis itu nongkrong di gudang? Atau jangan-jangan, ini adalah bibit-bibit transportasi masa depan yang bakal bikin ojek online dan angkot gigit jari? Pertanyaan itu terus menghantui sampai saya akhirnya memutuskan untuk sedikit menyelami dunia electric skateboard atau yang sering disingkat e-skateboard ini. Mari kita bedah, apakah ini tren baru yang patut diperhitungkan atau cuma sekadar gimmick belaka?

Ketika Skateboard Bertemu Listrik: Sebuah Evolusi yang Menggoda

Sebelum jauh-jauh ngomongin listrik, kita tengok sedikit ke belakang. Skateboard konvensional itu kan ikon kebebasan, subkultur, dan identik sama anak-anak muda yang suka nongkrong di taman sambil meliuk-liuk di atas papan. Ada seni, ada skill, dan ada keringat di sana. Lalu datanglah era digital, era di mana hampir semua benda bisa ditambahkan embel-embel "smart" atau "electric". Skateboard pun tak luput dari sentuhan teknologi ini.

Jujur saja, waktu pertama kali melihat e-skateboard, rasanya aneh. Konsepnya seperti menghilangkan esensi "dorong" yang jadi ciri khas skateboard. Tapi ya sudahlah, namanya juga perkembangan zaman. Ibaratnya, dulu kalau mau nonton film harus ke bioskop atau rental VHS, sekarang tinggal pencet tombol di smartphone. Begitulah kira-kira analoginya. E-skateboard menawarkan pengalaman yang berbeda, yang mungkin lebih cocok buat generasi yang maunya serba sat-set-wat-wet.

Sisi "Tren Baru": Kenapa Electric Skateboard Bikin Orang Tergila-gila?

Ada beberapa alasan kenapa e-skateboard ini mulai mencuri perhatian, bahkan membentuk komunitas sendiri. Ini bukan cuma soal gaya, tapi juga fungsionalitas yang kadang bikin ngiler:

  • Kemudahan dan Kecepatan Tanpa Keringat: Ini poin paling utama. Bayangkan, kamu bisa melaju sampai 20-40 km/jam tanpa perlu capek mengayunkan kaki. Cukup pegang remote, tekan tuas, dan meluncur. Buat yang tinggal di perkotaan padat dan jarak tempuh ke stasiun atau kantor cuma sepelemparan batu, e-skateboard bisa jadi solusi transportasi last-mile yang asyik. Nggak perlu pusing cari parkir, tinggal angkat papannya, beres.
  • Gaya Hidup dan Citra Keren: Nggak bisa dimungkiri, tampil beda itu punya daya tarik tersendiri. Naik e-skateboard itu kayak punya aura "anak gaul" yang melek teknologi dan peduli lingkungan (karena bebas emisi). Ini bukan cuma alat transportasi, tapi juga fashion statement.
  • Ramah Lingkungan (relatif): Dibandingkan motor atau mobil pribadi, e-skateboard jelas jauh lebih ramah lingkungan karena menggunakan tenaga listrik. Mungkin ini bisa jadi salah satu langkah kecil untuk mengurangi jejak karbon di kota-kota besar.
  • Teknologi yang Nggak Kaleng-kaleng: E-skateboard modern itu dilengkapi dengan fitur-fitur canggih. Ada yang punya sistem pengereman regeneratif (mengisi daya saat mengerem), lampu LED, bahkan ada yang bisa dikontrol lewat aplikasi smartphone. Ini bukan sekadar papan roda, ini gadget bergerak.
  • Komunitas yang Berkembang: Di kota-kota besar, mulai banyak terbentuk komunitas pengguna e-skateboard. Mereka sering kopdar, berbagi tips, bahkan touring bareng. Ini menunjukkan bahwa e-skateboard bukan sekadar barang sesaat, tapi sudah jadi bagian dari gaya hidup beberapa orang.

Sisi "Gimmick": Apa Saja PR-nya di Dunia Nyata?

Oke, kita sudah bahas sisi positifnya yang bikin tergiur. Sekarang, mari kita lihat sisi gelapnya, atau setidaknya, sisi yang bikin e-skateboard masih jauh dari predikat "transportasi massal". Ini dia beberapa PR besar yang harus dihadapi:

  • Harga yang Bikin Dompet Menangis: Ini dia faktor pertama yang bikin banyak orang cuma bisa ngiler dari jauh. Harga e-skateboard yang layak pakai itu mulai dari beberapa juta, bahkan belasan juta rupiah. Jauh banget dibanding beli sepeda lipat atau motor bekas. Buat sebagian besar orang, ini investasi yang cukup besar dan mungkin belum worth it.
  • Keselamatan dan Jalanan Indonesia yang Brutal: Nah, ini nih yang paling bikin was-was. Jalanan di Indonesia itu kan surga lubang, polisi tidur dadakan, dan aspal yang amburadul. Bayangkan melaju kencang di atas papan yang notabene nggak punya setang untuk bermanuver cepat. Ditambah lagi, risiko tertabrak kendaraan lain itu tinggi banget. Belum lagi urusan pakai helm dan pelindung lutut-siku yang sering disepelekan. Ini bukan cuma soal skill, tapi juga infrastruktur dan kesadaran berlalu lintas.
  • Regulasi yang Belum Jelas: Di banyak negara, termasuk Indonesia, regulasi untuk e-skateboard ini masih abu-abu. Apakah termasuk kendaraan? Harus pakai SIM? Boleh di jalan raya? Semua masih tanda tanya besar. Ini bisa jadi masalah hukum kalau ada apa-apa di jalan.
  • Baterai dan Jangkauan Terbatas: Namanya juga pakai listrik, pasti ada batasnya. Baterai e-skateboard perlu dicas, dan jangkauannya pun terbatas. Kalau lagi asyik meluncur tiba-tiba baterai habis di tengah jalan, kan PR banget. Berat pula kalau harus didorong atau digendong.
  • Kurang Praktis untuk Segala Kondisi: Mau belanja ke pasar? Susah bawa barang banyak. Mau menerjang banjir? Jelas nggak bisa. Mau lewat jalan berbatu? Bisa-bisa remuk badan. E-skateboard punya keterbatasan medan dan fungsi yang membuatnya belum bisa menggantikan peran kendaraan lain secara total.

Jadi, Tren atau Gimmick?

Setelah menimbang-nimbang semua pro dan kontra, saya sampai pada kesimpulan bahwa e-skateboard ini adalah campuran keduanya, tergantung dari sudut pandang dan kebutuhan. Bagi sebagian orang, e-skateboard ini adalah tren yang serius, sebuah evolusi transportasi pribadi yang praktis, cepat, dan punya gaya. Mereka melihatnya sebagai solusi mobilitas perkotaan untuk jarak dekat, cara berekspresi, dan bagian dari gaya hidup modern.

Namun, bagi sebagian besar masyarakat lainnya, terutama yang mempertimbangkan harga, keselamatan, dan infrastruktur, e-skateboard ini masih terasa seperti gimmick. Sebuah barang mewah yang kurang praktis, berisiko tinggi, dan belum bisa diandalkan untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti mainan mahal yang menarik perhatian, tapi belum benar-benar jadi kebutuhan primer.

Masa depan e-skateboard di Indonesia akan sangat bergantung pada beberapa faktor. Pertama, tentu saja harga yang harus lebih terjangkau. Kedua, infrastruktur jalan yang lebih ramah pejalan kaki dan pengguna kendaraan mikro. Ketiga, regulasi yang jelas dan edukasi keselamatan yang masif. Tanpa tiga hal ini, e-skateboard mungkin akan tetap menjadi tren di kalangan tertentu, tapi akan kesulitan untuk menjadi mainstream.

Pada akhirnya, mau dibilang tren atau gimmick, satu hal yang pasti: e-skateboard telah membuka mata kita akan potensi transportasi pribadi yang lebih personal dan ramah lingkungan. Apakah ia akan meledak dan menjadi fenomena seperti motor matic? Waktu yang akan menjawab. Tapi satu hal, kalau ada rezeki lebih dan mau coba sensasinya, silakan saja. Asal jangan lupa pakai helm dan hati-hati di jalan, ya!