Game

Tony Hawk's Pro Skater: Bukan Game Skateboard Biasa!

Fajar Shid - Wednesday, 20 August 2025 | 06:20 PM

Background
Tony Hawk's Pro Skater: Bukan Game Skateboard Biasa!

Ketika Tony Hawk Bukan Cuma Nama, Tapi Legenda yang Terukir di Konsol dan Hati Kita

Mari kita jujur. Siapa di sini yang masa kecilnya atau bahkan masa remajanya pernah terbuai dengan suara papan luncur bergesekan di rel, hentakan kaki yang menciptakan combo gila, dan iringan musik punk rock atau hip-hop yang bikin kepala ngangguk-ngangguk sendiri? Kalau jawaban kalian adalah "ya" sambil senyum-senyum sendiri, selamat! Kalian adalah bagian dari jutaan orang yang pernah tersihir oleh magisnya seri game Tony Hawk's Pro Skater (THPS). Ini bukan sekadar game skateboard biasa, kawan. Ini adalah fenomena, sebuah artefak budaya pop yang berhasil meleburkan dunia skateboard ke ruang tamu kita, bahkan bagi mereka yang sama sekali nggak tahu bedanya ollie sama kickflip.

Ingat nggak rasanya ketika pertama kali main THPS? Sensasinya itu lho, langsung bikin nagih. Mungkin awalnya cuma bisa muter-muter di area gudang Hangar atau nyasar di Mall, tapi begitu berhasil nyambungin manual ke grind, terus disambungin lagi ke special trick, rasanya kayak jadi skater pro beneran. Padahal, boro-boro bisa naik skateboard beneran di dunia nyata, jatuh dikit aja dengkul langsung lecet. Tapi di dunia Tony Hawk, kita semua adalah Dewa Skateboard!

Era Keemasan: Ketika Neversoft Mengubah Segalanya

Semuanya berawal dari Tony Hawk's Pro Skater pertama yang rilis tahun 1999. Siapa sangka game dengan konsep sesimpel itu bisa meledak? Kuncinya ada di gameplay yang intuitif tapi punya kedalaman luar biasa. Kita bisa nge-grind, nge-manual, nge-lip, pokoknya semua trik bisa disambungin jadi combo panjang yang bikin skor melonjak. Tapi, yang paling bikin jatuh cinta adalah sistem "special trick" yang ikonik. Siapa sih yang nggak kenal 900, The 900, Kickflip to Indy, atau Rodney Mullen's Darkslide? Nama-nama trik ini jadi semacam mantra di kalangan gamer.

Lalu datanglah mahakarya sesungguhnya: Tony Hawk's Pro Skater 2 (2000). Game ini membawa segala yang terbaik dari pendahulunya, lalu menyempurnakannya. Level-levelnya lebih luas, triknya lebih banyak, dan yang paling penting, bisa nge-manual di antara grind! Ini adalah revolusi kecil yang mengubah cara orang main game ini selamanya. Manual jadi jembatan antar-combo yang nggak terbatas. Bayangin, kita bisa nge-grind di satu rel, nyambung manual nyebrang, terus nge-grind lagi di rel lain. Sensasi nggak terhentinya combo itu bikin kita lupa waktu.

Dan jangan lupakan soundtrack-nya! Oh, soundtrack THPS. Ini adalah playlist wajib bagi siapa pun yang ngaku gamer 90-an akhir atau 2000-an awal. Dari Goldfinger dengan "Superman"-nya, Papa Roach dengan "Blood Brothers", Dead Kennedys dengan "Police Truck", sampai Millencolin, The Vandals, dan N.W.A. Soundtrack ini bukan cuma jadi latar belakang, tapi jadi bagian tak terpisahkan dari identitas game ini. Bahkan mungkin banyak di antara kita yang kenal band-band legendaris itu justru dari game ini, bukan dari radio atau MTV. Jujur aja, berapa banyak yang langsung cari lagu-lagu itu di Winamp atau Napster setelah main THPS?

Seri THPS terus melesat dengan THPS 3 (2001) yang memperkenalkan revert (combo setelah mendarat dari transisi) dan THPS 4 (2002) yang mulai coba-coba konsep open-world dan tantangan yang lebih bervariasi. Empat game pertama ini adalah fondasi kokoh yang bikin nama Tony Hawk melambung tinggi, nggak cuma di dunia skateboard tapi juga di ranah gaming. Neversoft, sang developer, berhasil menciptakan formula ajaib yang susah ditiru.

Mencari Identitas Baru: Dari Underground Sampai Kehilangan Arah

Setelah THPS 4, Neversoft mencoba berinovasi dengan seri Tony Hawk's Underground (THUG) pada tahun 2003. Kali ini, mereka memperkenalkan mode cerita yang lebih mendalam, di mana kita bermain sebagai skater amatir yang berjuang menjadi pro. Ada cutscene, dialog, dan bahkan kita bisa keluar dari papan dan berjalan kaki! Konsep ini cukup segar, tapi bagi beberapa fans purist, rasanya agak melenceng dari esensi arcade combo-based yang asli.

THUG dan sekuelnya, THUG 2, masih bisa dibilang cukup sukses karena masih mempertahankan inti gameplay yang kuat. Tapi setelah itu, entah kenapa, seri ini mulai kehilangan arah. Ada American Wasteland yang mencoba konsep open-world penuh, Project 8 yang fokus pada realisme fisika, hingga Proving Ground. Perlahan tapi pasti, magic THPS mulai memudar. Setiap inovasi yang dicoba rasanya malah menjauhkan game ini dari akar kesuksesannya. Desakan untuk terus "baru" dan "beda" malah bikin game ini jadi medioker.

Puncaknya ada di era "gimmick" controller dengan Tony Hawk: RIDE (2009) dan SHRED (2010) yang memaksa pemain menggunakan controller berbentuk papan skateboard. Ide bagus di atas kertas, tapi eksekusinya? Nggak banget. Kontrolnya rumit, responsifnya payah, dan bikin frustrasi. Ini adalah bukti nyata bahwa kadang, inovasi yang terlalu dipaksakan justru bisa jadi bumerang. Fans sudah mulai geleng-geleng kepala.

Dan kemudian, tibalah kiamat kecil bernama Tony Hawk's Pro Skater 5 (2015). Ini adalah bencana. Sebuah game yang rilis dengan bug yang parah, grafis yang terlihat usang bahkan untuk standar kala itu, dan gameplay yang terasa patah-patah. Rasanya seperti harapan palsu dari mantan yang tiba-tiba muncul lagi tapi ternyata sudah beda banget dan bikin kecewa. THPS 5 seolah jadi titik nadir, penutup tirai yang menyedihkan bagi sebuah seri game legendaris.

Kebangkitan Burung Hantu: Remake yang Mengobati Luka

Setelah bertahun-tahun meratapi nasib seri kesayangan yang terpuruk, datanglah secercah harapan. Pada tahun 2020, Activision mengumumkan Tony Hawk's Pro Skater 1 + 2, sebuah remake penuh dari dua game pertama yang legendaris. Responnya? Luar biasa! Ini dia yang kita tunggu-tunggu! Bukan game baru yang mencoba reinvent the wheel, tapi justru kembali ke akar, memperbaiki yang lama, dan menyajikannya dengan balutan grafis modern.

Hasilnya? Epik! Vicarious Visions, studio di balik remake ini, berhasil menangkap esensi dan feel original THPS. Gameplay-nya terasa persis seperti yang kita ingat (atau bahkan lebih baik karena ada fitur manual dari awal), grafisnya kinclong, dan yang paling penting, sebagian besar soundtrack ikonik berhasil kembali! Momen reunian paling asyik, di mana kenangan lama bisa diputar ulang dengan visual yang lebih memukau tapi rasanya tetap sama nikmatnya. Remake ini bukan cuma nostalgia, tapi juga bukti bahwa formula THPS yang asli itu abadi.

Bagi generasi veteran, ini adalah tiket pulang ke masa lalu, kesempatan untuk merasakan lagi sensasi combo ratusan ribu poin di level School atau Downhill Jam. Bagi generasi yang lebih muda, ini adalah pengenalan yang sempurna ke sebuah game klasik yang membentuk banyak gamer dan mungkin juga mempengaruhi budaya skateboard di dunia nyata, sedikit banyaknya.

Warisan yang Abadi: Lebih dari Sekadar Game Skateboard

Tony Hawk's Pro Skater itu bukan cuma game. Ini adalah memori, soundtrack hidup, dan mungkin pemicu kita pengen main skateboard beneran (walaupun cuma di taman doang dan nggak lebih dari sekadar berdiri di atas papan). Game ini berhasil menembus batasan genre, menjembatani musik alternatif dengan olahraga ekstrem, dan menciptakan sebuah komunitas global.

Entah apakah kita akan melihat game Tony Hawk yang benar-benar baru di masa depan atau tidak. Mungkin remake THPS 1+2 sudah cukup sebagai salam perpisahan yang manis, atau justru ini adalah awal kebangkitan kembali? Yang jelas, nama Tony Hawk, si skater legendaris, akan selalu terukir di benak para gamer sebagai simbol dari sebuah era di mana gaming benar-benar terasa ajaib dan bisa membuat kita merasa seperti pahlawan, meskipun cuma di balik layar konsol.

Jadi, kalau kalian lagi suntuk atau butuh sedikit suntikan nostalgia, coba deh nyalain lagi game Tony Hawk's Pro Skater. Rasakan lagi sensasi nge-grind dan nge-manual sampai jari keriting. Dijamin, kalian nggak bakal bisa move on, dan mungkin akan sadar kalau sesungguhnya, Tony Hawk itu nggak pernah benar-benar pergi dari hati kita.