Home

Permen Apel: Manisnya Masa Kecil yang Sekarang Jadi Nostalgia Mahal

Salman Apel - Monday, 09 June 2025 | 07:00 AM

Background
Permen Apel: Manisnya Masa Kecil yang Sekarang Jadi Nostalgia Mahal

Kalau lo tumbuh besar di era 90-an atau awal 2000-an, besar kemungkinan lo pernah lihat atau bahkan nyicipin permen apel. Bukan, bukan apel rasa permen atau permen rasa apel yang biasa lo temuin di minimarket. Ini lebih spesifik. Permen apel yang dimaksud adalah apel beneran — buah apel yang dilapisi gula karamel merah mengilap kayak lip gloss murahan tapi menggoda. Kadang ditusuk pakai batang kayu atau stik es krim. Di beberapa tempat, orang nyebutnya "candy apple" atau "toffee apple." Tapi yang lokal banget, ya kita sebut aja permen apel.

Permen apel tuh kayak makanan yang cuma muncul di dunia fantasi. Apel yang dibalut lapisan gula keras mengilap merah menyala. Kalau lo pernah nonton film-film kartun atau serial luar negeri kayak yang sering diputar di Spacetoon atau Disney Channel zaman dulu, pasti pernah lihat adegan anak-anak beli permen apel di pasar malam atau festival. Dari situ, kesan permen apel jadi semacam ikon kebahagiaan masa kecil, walaupun kita sendiri belum tentu pernah ngerasain rasanya waktu kecil. Tapi tetap aja, ada sesuatu dari bentuk dan warnanya yang bikin dia terasa spesial.

Nah, di Indonesia, permen apel ini sebenarnya nggak terlalu umum. Tapi bukan berarti nggak ada. Beberapa pasar malam atau bazar sekolah kadang ada yang jual. Kalau lo cukup beruntung, bisa nemu di acara 17-an atau festival kuliner yang agak fancy. Tapi ya itu, kadang harga permen apel bisa bikin lo mikir dua kali. Lah, ini apel doang dilapisin gula, kok bisa segini harganya?

Permen apel ini sebenernya punya daya tarik visual yang luar biasa. Coba bayangin: sebuah apel hijau atau merah, dibalut karamel gula merah bening yang mengkilap kayak habis dipoles. Kalau dapet yang bagus, pantulannya bisa bikin iri lipstik glossy-nya seleb TikTok. Tapi jangan salah, cantik-cantik gitu, sekali gigit bisa bikin gigi lo kaget. Lapisan gulanya keras, kriuk gitu, dan kalau gigi lo lagi sensitif, bisa langsung merasa dihianati sama makanan manis.

Tapi di situlah seninya. Permen apel bukan sekadar makanan ringan. Dia tuh pengalaman. Lo harus mikir strategis waktu makannya. Mau gigit langsung? Risiko gigi. Mau dipatah-patahin? Ribet. Mau dikerok dulu kayak es serut? Niat banget. Tapi kalau udah dapet gigitan pertama, kombinasi renyah kerasnya gula dan segarnya apel itu unik banget. Gula yang manis lengket ketemu apel yang kadang asam segar — kayak hubungan cinta yang manis tapi suka bikin kesel.

Ada satu hal yang menarik dari permen apel: dia bukan cemilan yang praktis. Lo nggak bisa makan ini sambil nonton film atau sambil kerja. Lo butuh waktu dan fokus. Ini bukan sekadar ngemil, ini kayak upacara kecil untuk menghargai manisnya hidup — atau minimal manisnya gula pasir yang dilelehkan dengan niat.

Di luar negeri, terutama di Amerika dan Eropa, permen apel jadi ikon khas musim gugur dan Halloween. Di sana, anak-anak suka bikin sendiri di rumah bareng keluarga. Kadang ditambah topping fancy kayak kacang cincang, choco chips, atau bahkan remah-remah biskuit. Tapi di Indonesia, permen apel tetap jadi barang langka yang muncul sekilas-sekilas. Mungkin karena bikinnya ribet, atau karena apel bukan buah lokal yang murah.

Kalau lo pernah nyobain bikin sendiri, lo akan sadar bahwa bikin permen apel itu butuh kesabaran dan waktu. Gula harus dilelehkan sampai suhu tertentu supaya bisa mengeras dengan tekstur yang pas. Terlalu lembek, dia nggak akan nempel. Terlalu panas, bisa gosong. Belum lagi urusan nempelinnya ke apel yang harus kering sempurna. Sedikit air bisa bikin karamel nggak nempel. Ribet, cuy.

Tapi mungkin, justru karena ribet itulah permen apel jadi terasa eksklusif. Kayak cinta yang diperjuangkan, dia nggak murah dan nggak bisa sembarangan. Mungkin juga itu kenapa kita suka mengingat-ingat makanan kayak gini — karena dia langka, dan karena makan satu aja bisa jadi cerita.

Sekarang, permen apel lebih sering jadi objek nostalgia ketimbang kudapan sehari-hari. Banyak akun Instagram atau TikTok yang ngebahas permen unik dari masa kecil, dan permen apel sering masuk daftar itu. Kadang muncul juga di kafe-kafe tematik atau acara food bazaar. Tapi rasanya beda. Nggak tahu ya, mungkin karena vibe-nya udah beda. Dulu kita makan permen apel di tengah keramaian pasar malam dengan lampu kelap-kelip, sekarang makannya di kafe dengan playlist indie dan harga yang nggak indie-indie amat.

Tapi meskipun gitu, permen apel tetap punya tempat spesial di hati orang-orang yang pernah ngerasain (atau bahkan cuma ngeliat) dia waktu kecil. Karena lebih dari sekadar makanan, permen apel tuh simbol. Simbol dari masa kecil yang manis, dari keinginan untuk mencicipi dunia yang lebih besar dan berwarna. Dan kalau sekarang lo ngelihat permen apel lagi — entah di bazar, Instagram, atau bahkan di mimpi — mungkin itu semesta lagi ngingetin: hidup itu keras, tapi tetap ada manisnya.

Jadi lain kali kalau lo lihat permen apel, coba beli satu. Gigit pelan-pelan. Rasain campuran antara keriuhan masa lalu dan keanehan masa kini. Karena kadang, hal sesederhana apel bersalut gula bisa bikin kita inget siapa diri kita dulu — dan mungkin, siapa yang pengen kita jadi sekarang.

Sumber Foto : pexels