Era 2010-an: Skateboarding di Era Digital & Media Sosial
Fajar Shid - Wednesday, 24 September 2025 | 12:00 PM


Ngapel - Memasuki 2010-an, skateboard mengalami salah satu transformasi terbesar sejak kelahirannya. Jika di era sebelumnya perkembangan skateboarding banyak ditentukan oleh majalah, DVD, dan kompetisi besar, maka dekade ini menandai hadirnya media sosial sebagai panggung utama. Platform seperti YouTube, Instagram, dan kemudian TikTok menjadi medium baru bagi skater di seluruh dunia untuk menunjukkan trik, berbagi gaya, dan membangun komunitas. Dampaknya, skateboarding tidak lagi terbatas pada arena lokal, tetapi langsung terkoneksi dengan audiens global.
YouTube & Video Skateboard Mandiri
YouTube menjadi salah satu titik balik terbesar bagi skateboarding di era ini. Sebelum 2010, skater biasanya hanya bisa tampil melalui video produksi brand besar atau majalah skate. Namun, dengan YouTube, setiap skater bisa menjadi filmer, editor, sekaligus bintang dalam videonya sendiri. Konten-konten seperti skate vlog, tutorial trik, hingga dokumentasi street skating mendominasi platform ini. Nama-nama baru bermunculan, tidak lagi harus menunggu sponsor besar, tetapi cukup dengan kreativitas dan konsistensi berbagi konten.
Instagram & Gaya Cepat Skateboarding
Jika YouTube mendorong video panjang, Instagram memperkenalkan format singkat yang padat. Melalui fitur video pendek (dan kemudian Stories, Reels), banyak trik skateboard yang bisa viral hanya dalam hitungan jam. Hal ini juga mengubah cara skater menampilkan diri: estetika visual menjadi penting. Foto dengan gaya streetwear, momen slow-motion trik, hingga dokumentasi daily life skater menjadi bagian dari identitas digital. Brand juga menyadari potensi ini, sehingga mulai merekrut skater bukan hanya dari skill teknis, tetapi juga dari engagement sosial media mereka.
Munculnya Komunitas Digital Global
Sebelumnya, komunitas skateboard lebih banyak berbasis kota atau spot tertentu. Namun, di era 2010-an, komunitas digital berkembang pesat. Forum online, grup Facebook, dan kolaborasi lintas negara memperluas interaksi antar-skater. Fenomena ini membuat trik-trik baru lebih cepat tersebar, inovasi shape papan lebih cepat diketahui, dan event skateboard bisa diikuti secara online meski berbeda benua. Komunitas global ini juga menghapus sekat antara pro skater dan amatir. Siapa pun bisa mengunggah video ke Instagram dan mendapatkan apresiasi yang sama luasnya dengan skater profesional.
Skateboarding & Brand Fashion
Dekade 2010-an juga dikenal sebagai masa ketika streetwear semakin melekat dengan skateboarding. Brand seperti Supreme, Palace, Vans, dan Nike SB menjadi ikon mode yang bukan hanya dipakai oleh skater, tetapi juga oleh kalangan non-skater. Kolaborasi antara skater dan fashion brand membuat skateboarding makin populer sebagai gaya hidup urban. Banyak orang yang mungkin tidak bisa melakukan kickflip, tetapi tetap memakai sneakers atau hoodie dengan nuansa skate culture.
Media Sosial & Lahirnya Influencer Skate
Sebelum era ini, “idola skateboard” biasanya lahir dari kompetisi X Games atau Street League. Namun, sejak 2010-an, muncul fenomena skater-influencer. Mereka bukan hanya ditonton karena keahlian, tetapi juga karena kepribadian, gaya hidup, dan interaksi dengan pengikut. Peran ini membawa peluang baru bagi skater untuk mencari penghasilan melalui sponsor digital, endorsement, dan kolaborasi brand. Skateboarding tidak lagi hanya karier kompetisi, tetapi juga bisa sebagai karier konten kreator.
Skateboarding di Film & Game Digital
Dekade ini juga ditandai oleh kebangkitan kembali game skateboard seperti seri Tony Hawk’s Pro Skater yang di-remaster, serta munculnya game indie seperti Skater XL dan Session. Film dokumenter dan serial YouTube tentang skateboarding makin banyak ditonton, bahkan masuk ke platform streaming besar. Hal ini semakin memperkuat hubungan antara skateboarding, budaya pop, dan dunia digital.
Tantangan di Era Digital
Meski media sosial membuka peluang besar, ada juga tantangan baru:
- Tekanan untuk selalu update → skater harus terus aktif posting agar tetap relevan.
- Highlight reel culture → banyak trik sulit ditampilkan hanya dalam cuplikan singkat, membuat orang terkadang hanya melihat hasil akhir tanpa memahami proses latihan panjang.
- Komersialisasi berlebihan → beberapa komunitas merasa bahwa media sosial membuat skateboarding lebih ke arah branding daripada murni passion.
Namun, di sisi lain, justru inilah bukti bahwa skateboarding berkembang dan beradaptasi dengan zaman.
Warisan Era 2010-an
Dekade ini meninggalkan warisan besar: skateboarding benar-benar menjadi bagian dari budaya global digital. Anak-anak di kota kecil bisa belajar trik dari skater dunia hanya dengan menonton YouTube. Skater lokal bisa viral dan mendapat sponsor internasional. Dan skateboarding menjadi bagian penting dalam dunia fashion, musik, hingga lifestyle anak muda. Tanpa dekade ini, mungkin skateboarding tidak akan mencapai level popularitas dan konektivitas yang kita lihat di era berikutnya.
Next News

Era 2020-an: Skateboarding Jadi Bagian dari Lifestyle & Olimpiade
11 days ago

Era 2000-an: Skateboard Menjadi Pop Culture Global
15 days ago

Era 90-an: Street Skateboarding Menguasai Dunia
17 days ago

Skateboard Era 70-80an: Dari Surfing Jalanan Hingga Budaya Punk
18 days ago

Skateboard dari Masa ke Masa: Nostalgia 70-an Sampai Teknologi Modern
19 days ago

Market Statistik Skateboard Global & Indonesia Tahun 2025: Apa yang Bisa Diambil Untuk Skater & Brand Lokal
20 days ago

Tren Skateboard Ramah Lingkungan: Inovasi atau Sekadar Gaya?
23 days ago

Meliuk Lincah: Kisah Bunga Citra, Skater Muda Inspiratif
a month ago

Tony Hawk: Ikon Global & Pahlawan Skateboard
a month ago

Tips Aman Bersantai di Tengah Keramaian
a month ago