Era 2020-an: Skateboarding Jadi Bagian dari Lifestyle & Olimpiade
Fajar Shid - Friday, 26 September 2025 | 12:00 PM


Ngapel - Jika dekade 2010-an adalah tentang media sosial dan komunitas digital, maka 2020-an menandai era pengakuan resmi skateboard di panggung olahraga dunia. Pada Olimpiade Tokyo 2020 (diselenggarakan 2021 karena pandemi), skateboard untuk pertama kalinya dipertandingkan sebagai cabang resmi. Momen ini bukan sekadar simbol; ia mengubah persepsi global. Skateboarding yang dahulu dianggap aktivitas jalanan atau subkultur, kini resmi mendapat tempat sejajar dengan cabang olahraga lain.
Skateboarding di Olimpiade Tokyo 2020
Keputusan IOC (International Olympic Committee) memasukkan skateboard memunculkan beragam reaksi. Sebagian komunitas merasa bangga karena akhirnya skateboard diakui. Namun, sebagian lain merasa khawatir bahwa “jiwa bebas skateboarding” akan hilang jika terlalu dibatasi regulasi.
Event Olimpiade menghadirkan kategori street dan park, menampilkan skater muda yang mendunia, seperti:
- Yuto Horigome (Jepang) → juara street putra pertama.
- Momiji Nishiya (Jepang) → salah satu peraih emas termuda di Olimpiade.
- Keegan Palmer (Australia) → peraih emas park putra.
Generasi baru skater ini memperlihatkan bahwa skateboarding sudah masuk ke level kompetisi profesional global, tanpa kehilangan sisi artistiknya.
Skateboarding, Streetwear & Lifestyle
Dekade 2020-an juga menegaskan hubungan erat antara skateboarding dan streetwear. Brand besar seperti Nike SB, Vans, Palace, hingga Supreme semakin kuat mendominasi pasar fashion. Tidak hanya skater yang mengenakan outfit skate, tetapi juga masyarakat umum. Hoodie oversized, sneakers skate, topi trucker, hingga aksesoris board-inspired menjadi bagian dari gaya hidup anak muda urban. Skateboarding kini tidak hanya tentang trik di jalan, tetapi juga cara berpakaian, cara bersosial, dan bahkan cara memandang dunia.
Skateboarding di Era TikTok & Konten Viral
Jika 2010-an identik dengan YouTube & Instagram, maka 2020-an adalah eranya TikTok. Video skate berdurasi 15–60 detik menjadi tren: mulai dari trik sederhana, momen jatuh lucu (slam), hingga edit kreatif dengan musik viral. Fenomena ini membuka ruang bagi banyak skater amatir untuk dikenal luas tanpa harus mengikuti kompetisi besar. Konten viral bisa menjadikan seorang skater terkenal dalam semalam. Namun, tantangan muncul: apakah skateboarding hanya dilihat sebagai hiburan singkat, atau tetap dihargai sebagai seni dan olahraga?
Skateboarding di Tengah Pandemi
Awal 2020-an juga dipengaruhi oleh pandemi global. Banyak skatepark ditutup, event skate dibatalkan, dan interaksi tatap muka terbatas. Namun, hal ini justru mendorong skater untuk lebih aktif di komunitas online dan menghasilkan konten kreatif di rumah. Banyak juga yang kembali ke street skating murni, mencari spot kosong di jalanan kota yang sepi. Pandemi membuktikan bahwa skateboarding adalah budaya yang fleksibel, bisa bertahan dalam kondisi apa pun.
Inklusivitas & Diversitas dalam Skateboarding
Era ini juga menandai semakin terbukanya skateboarding untuk semua kalangan. Skater perempuan makin banyak dikenal dunia, terutama setelah kesuksesan di Olimpiade. Selain itu, komunitas LGBTQ+ dan berbagai etnis semakin mendapat ruang aman dalam dunia skate. Skateboarding bukan lagi sekadar milik kelompok tertentu, tetapi benar-benar menjadi budaya inklusif global.
Teknologi & Inovasi Peralatan Skateboard
Di era ini, inovasi juga terlihat pada peralatan skateboard:
- Deck ramah lingkungan dengan bahan bambu atau material daur ulang.
- Wheels dan trucks yang lebih ringan namun tahan lama.
- Aksesoris seperti app tracking trik skate atau sensor yang bisa membaca pergerakan papan.
Hal ini menandai era di mana teknologi semakin masuk ke dalam dunia skateboarding.
Warisan Era 2020-an
Hingga kini, dekade ini masih berjalan, tetapi beberapa hal sudah bisa dicatat sebagai warisan penting:
- Skateboarding diakui resmi di Olimpiade → legitimasi olahraga.
- Media sosial (TikTok, IG Reels) sebagai panggung utama skate modern.
- Skateboarding jadi ikon lifestyle global, melewati batas komunitas.
- Semakin inklusif: semua orang bisa menjadi bagian dari skate culture.
Sumber Foto : 12news.com
Next News

Era 2010-an: Skateboarding di Era Digital & Media Sosial
13 days ago

Era 2000-an: Skateboard Menjadi Pop Culture Global
15 days ago

Era 90-an: Street Skateboarding Menguasai Dunia
17 days ago

Skateboard Era 70-80an: Dari Surfing Jalanan Hingga Budaya Punk
18 days ago

Skateboard dari Masa ke Masa: Nostalgia 70-an Sampai Teknologi Modern
19 days ago

Market Statistik Skateboard Global & Indonesia Tahun 2025: Apa yang Bisa Diambil Untuk Skater & Brand Lokal
20 days ago

Tren Skateboard Ramah Lingkungan: Inovasi atau Sekadar Gaya?
23 days ago

Meliuk Lincah: Kisah Bunga Citra, Skater Muda Inspiratif
a month ago

Tony Hawk: Ikon Global & Pahlawan Skateboard
a month ago

Tips Aman Bersantai di Tengah Keramaian
a month ago