Apel, Asam, dan Alkohol: Menyelami Dunia Fermentasi Apel
Salman Apel - Monday, 09 June 2025 | 05:00 PM


Pernah nggak sih lo kepikiran, apel yang manis segar itu ternyata bisa berubah jadi minuman asam, kadang bersoda, dan... bisa bikin teler? Nah, selamat datang di dunia fermentasi apel, dunia di mana buah lucu itu menjalani proses metamorfosis jadi sesuatu yang lebih "berwarna"—baik secara rasa, maupun efek sampingnya.
Kalau lo pikir fermentasi cuma urusan tape atau tempe, lo ketinggalan zaman, Bro. Apel, yang biasanya cuma jadi topping pie atau bekal sehat ke kantor, ternyata punya potensi tersembunyi kalau dikasih waktu dan sedikit bantuan mikroorganisme. Proses fermentasi ini kayak ngebiarin apel "bermeditasi" dalam waktu yang cukup, lalu keluar jadi versi dirinya yang lebih edgy.
Asal Muasal: Dari Kebun Sampai Gelas
Fermentasi apel bukan barang baru. Jauh sebelum kopi kekinian dan oat milk merajalela, masyarakat Eropa—terutama di Inggris dan Prancis—sudah lebih dulu akrab dengan cider (dibaca: saider). Cider ini intinya adalah jus apel yang difermentasi, jadi mengandung alkohol. Versinya bisa macem-macem: dari yang light dan fruity, sampai yang keras dan sedikit funky kayak obrolan tengah malam sama mantan.
Proses dasarnya sebenernya simpel: lo peras apel sampai keluar jusnya, lalu lo biarin aja si jus ini ketemu ragi (yeast). Bisa ragi liar dari udara, bisa juga ragi yang ditambahin secara sadar. Nanti ragi ini bakal makan gula dari jus apel, terus "ngemut" hasilnya jadi alkohol dan gas karbon dioksida. Voilà, cider jadi!
Fermentasi Itu Seni
Yang bikin menarik, fermentasi apel itu bukan sekadar ilmu, tapi juga seni. Rasanya bisa beda-beda tergantung jenis apel, suhu, jenis ragi, bahkan niat hati si pembuat. Ada cider yang rasanya kayak sparkling wine, ada juga yang lebih earthy dan keruh. Kalau lo pernah nyicip kombucha, nah, kira-kira vibe-nya mirip-mirip, cuma ini bisa bikin kepala sedikit hangat.
Ada juga varian yang nggak pakai alkohol, alias apple cider vinegar. Ini fermentasinya dua tahap: pertama jadi alkohol, lalu alkohol itu diubah jadi asam asetat sama bakteri bernama Acetobacter. Hasilnya? Cuka apel yang sekarang hits banget buat campuran salad, skincare, sampai mitos-mitos kesehatan yang kadang agak lebay itu.
Dari Dapur ke Eksperimen Dapur
Lo juga bisa loh bikin fermentasi apel sendiri di rumah. Serius. Nggak perlu lab kayak Breaking Bad, cukup botol kaca bersih, jus apel (atau potongan apel plus gula), dan kesabaran. Simpan di tempat gelap, biarin prosesnya jalan. Seminggu-dua minggu, mulai deh keliatan perubahan. Ada busa-busa, ada aroma khas, ada rasa yang mulai berubah. Seru banget buat lo yang doyan eksperimen atau lagi healing sambil cari hobi baru.
Tapi ya, hati-hati. Fermentasi itu juga soal kontrol. Kalau salah-salah, bisa muncul jamur yang nggak diundang. Bau jadi asem nggak enak, atau malah jadi sarang bakteri jahat. Jadi, pastikan alat bersih, dan kalau udah muncul tanda-tanda aneh (warna berubah total, bau aneh banget, atau tekstur jadi kayak slime alien), mending buang aja. Jangan gambling sama perut sendiri.
Lebih Dari Sekadar Minuman
Yang menarik, fermentasi apel ini bukan cuma soal mabuk-mabukan. Di banyak budaya, cider dianggap bagian dari tradisi kuliner. Di Asturias, Spanyol, misalnya, ada cara menuang cider yang khas: botol diangkat tinggi, gelas di bawah, biar cider-nya "pecah" dan aromanya keluar. Ritual ini kayak gabungan antara seni dan sains—plus gaya.
Di Indonesia sendiri, fermentasi apel belum sepopuler kopi atau bir, tapi potensinya gede banget. Daerah kayak Malang yang punya produksi apel melimpah sebenarnya bisa banget jadi pusat cider lokal. Bayangin aja, suatu hari kita bisa nongkrong sambil bilang, "Ini cider Malang vintage 2024, fermentasi liar, sedikit rasa jeruk bali." Keren, kan?
Opini Receh Tapi Penting
Gue pribadi suka banget sama konsep fermentasi ini, karena dia ngajarin bahwa sesuatu yang sederhana bisa berubah jadi luar biasa, cuma butuh waktu dan proses. Kayak hidup, gitu. Kadang kita cuma perlu "fermentasi diri"—diem dulu, kumpulin energi, lalu keluar lagi dengan versi yang lebih "nendang."
Dan jujur aja, di tengah dunia yang serba cepat ini, fermentasi ngasih pelajaran buat pelan-pelan. Lo nggak bisa maksa apel jadi cider dalam semalam. Butuh waktu, kesabaran, dan kadang sedikit improvisasi. Tapi hasilnya? Bisa jadi sesuatu yang lo banggakan.
Jadi, next time lo lihat apel di meja, coba pikirin lagi: ini bukan cuma buah buat cemilan diet. Ini calon minuman legendaris, hasil kerja keras mikroba dan waktu. Dan siapa tahu, dari dapur kecil lo, lahir cider lokal pertama yang someday bisa bikin orang Jakarta ngantri kayak beli es kopi susu kekinian.
Cheers buat apel, buat fermentasi, dan buat kita semua yang lagi pelan-pelan "mematangkan diri."
Sumber Foto : Kompas
Next News

Era 2020-an: Skateboarding Jadi Bagian dari Lifestyle & Olimpiade
12 days ago

Era 2010-an: Skateboarding di Era Digital & Media Sosial
14 days ago

Era 2000-an: Skateboard Menjadi Pop Culture Global
16 days ago

Era 90-an: Street Skateboarding Menguasai Dunia
18 days ago

Skateboard Era 70-80an: Dari Surfing Jalanan Hingga Budaya Punk
19 days ago

Skateboard dari Masa ke Masa: Nostalgia 70-an Sampai Teknologi Modern
20 days ago

Market Statistik Skateboard Global & Indonesia Tahun 2025: Apa yang Bisa Diambil Untuk Skater & Brand Lokal
21 days ago

Tren Skateboard Ramah Lingkungan: Inovasi atau Sekadar Gaya?
24 days ago

Meliuk Lincah: Kisah Bunga Citra, Skater Muda Inspiratif
a month ago

Tony Hawk: Ikon Global & Pahlawan Skateboard
a month ago